Malam Pertama dan Yang Pertama

1300 Kata
Kana kembali ke kamar hotel tempatnya menginap dalam keadaan setengah sadar di antar oleh kedua sahabatnya. Sebelumnya dia tidak pernah minum sampai seperti ini. Biasanya hanya sekedar menyesapnya sedikit demi menghargai teman nongkrongnya. Saat masuk ke dalam kamar, Kana melihat Keyra yang sudah tidur dengan selimut tersingkap. Bibirnya tersenyum sinis sambil menatap lekat tubuh Keyra dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tanpa mengalihkan pandangannya, Kana membuka kancing kemejanya satu persatu kemudian melemparkannya ke sembarang arah. Kana tidak tinggal satu atap dalam waktu satu atau dua hari dengan Keyra. Beberapa kali ia sempat melihat kemolekan tubuh Keyra tanpa sengaja. Satu minggu yang lal dia bahkan masih mengucap istighfar setiap tanpa sengaja melihat Keyra dengan baju tidurnya. Namun kali ini dia justru mencoba menggali ingatannya. Tubuh Keyra yang sebelumnya terlarang untuk dia sentuh, sekarang ia harus bisa memberinya pelajaran. Memberitahukan pada keponakannya ini jika apa yang dilakukannya salah dan menjadi istrinya bukan sesuatu yang indah. Kana meneguk ludah kasar ketika mendekat dan menatap leher putih Keyra, pengaruh alkohol sangat merusak otaknya. Tanpa pikir panjang Kana mendaratkan bibirnya disana bahkan meninggalkan sebuah tanda merah dan membuat Keyra terbangun dari tidurnya. "Om?" Keyra yang terkejut melihat Om-nya berada di dekatnya dengan d**a telanjang langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. "Buka selimut dan bajumu!" "Om mau ngapain?" "Ngapain? Kamu pikir tujuanku menikah apa Keyra? Saya tidak mencari istri untuk memasak dan mengurus rumah karena saya pun bisa melakukannya sendiri. Saya membutuhkan istri untuk memenuhi kebutuhan saya sebagai laki-laki dewasa," jawab Kana. Kana tidak berbohong. Dia lelaki dewasa, tujuannya ingin menikah selain merasa cocok dengan Laras adalah untuk menuntaskan hasratnya sebagai laki-laki. Apa yang dilakukan Keyra sungguh membuatnya kecewa. Kana gagal menikmati malam pertama impiannya setelah hampir 30 tahun menjaga keperjakaannya. "Oke, tapi jangan malam ini ya Om, aku capek," ucap Keyra. "Tidak bisa, aku tidak peduli dengan rasa lelahmu. Kamu seharusnya sudah tahu resiko dari menggagalkan pernikahanku dan membuat aku terpaksa menikahimu." "Iya Om, aku tahu, tapi...." "Tapi apa? Tapi kamu sudah tidak perawan karena sudah memberikannya pada laki-laki lain sampai hamil?" "Nggak gitu, aku cuma lagi capek, Om." Kana tak mempedulikan penolakan Keyra, ia segera menyingkirkan selimut yang di kenakan keponakannya itu dan membuka ikat pinggangnya. "Aku mau sekarang, Keyra!" "Om mabuk?" Tanya Keyra setelah sadar ada aroma tak biasa dari napas Om Kana ketika berbicara di dekatnya. "Tenang saja, aku minum, tapi bukan berarti hilang kesadaran." "Nggak Om, aku nggak mau karena Om lagi mabuk." "Jangan banyak alasan, karena kamu sudah berani menggantikan Laras di pelaminan, kamu juga harus mau menggantikan tugasnya sebagai istri untuk saya." "Iya, tapi jangan malam ini." "Kamu menolak, Keyra? Berarti dugaanku benar, kamu hanya menjadikan aku tumbal untuk janin di dalam perutmu yang entah milik siapa. Kamu menggagalkan pernikahanku demi menutupi tingkah murahan kamu di luar sana. Sialan!" Umpatan Kana sedikit menyakiti hati Keyra. "Nggak Om, itu nggak benar. Sebenarnya aku nggak hamil, aku melakukan ini karena beneran cinta sama Om Kana, nggak mau Om Kana menikah sama perempuan lain." Ucap Keyra yang tak tahan Kana mengira dirinya permpuan murahan. "Kamu benar-benar gila, Keyra." "Maaf, Om. Tapi aku nggak punya jalan lain." Kana memutus kontak dengan mata Keyra, menjambak rambutnya agar kesadarannya kembali penuh. "Keyra, tolong katakan semua kebohongan kamu ini pada keluarga kita. Kita masih bisa mengajukan pembatalan nikah karena berkas kamu belum sampai. Kamu masih memiliki kesempatan untuk mundur dan tidak hidup menderita karena jadi istriku, Keyra," ucap Kana berharap Keyra berubah pikiran. "Aku nggak mau Om, aku sudah susah-susah melakukan ini. Kita akan tetap jadi suami istri apapun yang terjadi. Aku nggak peduli kamu jadi miskin, nggak peduli kamu nggak bisa kasih aku uang buat beli skincare, aku nggak mau ada pembatalan nikah. Kalau bisa justru aku ingin kita buat anak banyak-banyak untuk mempererat pernikahan kita. Aku nggak mau kamu kembali ke Tante Laras. Aku sama Tante Laras sama-sama perempuan dan bisa jadi seorang istri. Aku bahkan lebih muda dan menggoda daripada tubuh kurus Tante Laras." Ucapan Keyra membuat darah Kana mendidih, efek alkohol yang sudah berusaha ia singkirkan justru naik ke kepala atas dan bawah. "Baiklah, kalau kamu tidak mau mundur, nikmatilah seperti apa rasanya jadi istriku Keyra. Dan untuk malam ini seharusnya kamu tidak keberatan untuk melakukan malam pertama, karena kamu mencintaiku." Kana mendekat pada Keyra, kembali mendaratkan ciuman di leher Keyra dan meninggalkan banyak tanda di sana. Kana melakukan cumbuan pada tubuh Keyra sesuai nalurinya saja. Ini adalah pengalaman pertama untuknya. Tapi melakukannya dengan manis sesuai rencananya pada Laras ia tidak bisa. Kana melakukan cumbuan pada Keyra dengan 50% nafsu dan 50% amarah, tidak ada rasa sayang dan cinta sedikitpun di sana. Rasa sayang yang ia punya sebagai seorang paman juga sudah habis tak bersisa. "Om, apa lampunya bisa dimatiin aja?" Tanya Keyra ketika Kana hendak melucuti pakaiannya. "Tidak." Keyra hanya bisa pasrah, dia tidak ingin memberontak karena memiliki Om Kana adalah keinginannya sendiri. Kana menatap keindahan tubuh bagian atas Keyra setelah melepas semua kancing baju tidur Keyra. Ini adalah untuk pertama kalinya Kana melihat tubuh bagian dalam wanita secara langsung, di hadapan matanya. Sialnya tubuh itu adalah milik Keyra. Hati Kana membenci Keyra, otaknya mengutuk apa yang Keyra lakukan pada pernikahannya. Namun tubuhnya berkata lain, ia ingin menikmati keindahan tubuh Keyra. Kana mengusir ingatan jika wanita di depannya ini adalah keponakannya. Ia hanya menggunakan nafsu binatangnya. Kana menarik tubuh Keyra untuk duduk pangkuannya. Mencumbu Keyra dari leher hingga ke perutnya. Kana benar-benar menikmati apa yang tersaji di hadapannya hingga merasa miliknya butuh tempat pelampiasan. Ia merebahkan tubuh Keyra dan menarik pakain terakhir yang masih di kenakan Keyra. "Buka pahamu lebar-lebar Key, aku tidak akan puas hanya menikmati bagian atas saja." Kana melotot ketika Keyra merapatkan pahanya setelah tubuh bagian bawahnya terbuka tanpa sehelai benang pun. "Buka, Key!" Keyra menurut, tapi dalam sekejap menutup matanya. Tubuhnya di telanjangi terasa lebih baik daripada melihat Om Kana telanjang bulat di depannya dengan sesuatu yang baru pernah ia lihat wujud aslinya malam ini. Hati Keyra di penuhi rasa bimbang, tapi sudah sejauh ini dan dia tidak ingin menyesal. Kana yang sudah tak bisa menahan diri lagi segera mengarahkan miliknya, menyatukan tubuhnya dengan tubuh Keyra. Namun ketika menyadari Keyra masih sulit di tembus, hatinya di liputi rasa ragu. Bayangan Keyra kecil berkelebat di kepalanya. Kana menjauhkan menjauhkan miliknya dan bertanya lagi. "Kamu masih ada waktu buat mengakui kesalahanmu Keyra maka aku tidak akan merenggut keperawananmu." "Aku nggak mau Om, bukankah aku sudah bilang lebih baik buat banyak anak daripada kita pisah." "Kalau begitu jangan pernah menyesali malam ini, karena setelah ini kehidupan kamu akan berubah tidak menyenangkan. Dan jangan keluarkan air matamu meski ini menyakitkan, kamu bukan korban Keyra." Kana mentayukan kembali miliknya pada milik Keyra. Dengan susah payah ia berusaha untuk menembusnya. Ini yang pertama, ia masih perjaka, dan Keyra masih perawan. Cerita yang pernah Kana dengar jika malam pertama tidaklah mudah ternyata benar. Bahkan jika untuk wanita itu sangat menyakitkan juga benar, Keyra terus saja mencengkeram pinggangnya walau tak merintih apalagi menangis. Kana hampir menyerah, ini susah. Masih ada sedikit rasa tidak tega melihat bibir Keyra yang terdapat darah karena menggitnya dengan keras untuk menahan rasa sakit. Ia tidak menyangka Keyra bisa menuruti permintaannya untuk tidak menangis. "Aku tanyakan sekali lagi Keyra, apa kamu mau mengakui kebohongan kamu pada keluarga kita? Aku akan mengakhiri ini jika kamu mau melakukannya." "Aku bilang nggak, Om. Lanjutkan aja." Kana menghentakkan bagian bawah tubuhnya sekuat tenaga hingga akhirnya Keyra tak mampu menahan jeritan dan tangisnya. Ia sudah memberikan kesempatan tapi Keyra tak mau melakukannya. Keyra lebih memilih untuk hidup sengsara bersamanya. Kana melirik miliknya sebentar, Keyra berdarah. Tapi ia tak peduli dan tetap melanjutkan apa yang sudah dia rencanakan. Kalau rasa sakit yang Keyra rasakan membuat dia mau meninggalkannya itu justru hal yang sangat Kana inginkan. Karena tidak hanya malam ini, hari-hari dan malam-malam selanjutnya dia akan tetap berusaha membuat Keyra tidak betah berada di sisinya, menjadi istrinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN