“Darel, katakan! Apa kita saudara kandung??” cecar Annisa meminta jawaban. “Bukan,” jawab Darel dingin. Namun, entah kenapa hatinya Annisa mengatakan iya. “Ibumu, kenapa kami sangat mirip? Apa kau bukan anaknya?” “Cukup, Annisa!” “Lalu kenapa kami sangat mirip? Dan dia, dia kenapa menggendongku waktu bayi?” “AKU BILANG CUKUP!!!” teriak Darel keras hingga wajah Annisa menciut takut. Badannya bahkan kini bergetar takut. “Sudahku bilang kita bukan saudara kandung! Jadi jangan pernah mengungkit-ungkit tentang itu lagi!” Darel berteriak lagi. Annisa sontak menunduk dan terdiam. Menyadari kesalahannya Darel langsung memeluk Annisa. “Kumohon maafkan aku, tapi tolong, jangan bahas soal wanita itu lagi. Aku bisa gila kalau mengingatnya.” Darel bersuara parau. Entah kenapa h