"Sayang, buka dong. Kamu marah? Aku salah apa? Meski aku tidak tahu, apa salahku. Tolong maafkan aku ya. Ayo buka dong, Sayang." Revan berusaha membujuk Asila. Tapi, tetap saja tidak terdengar apapun dari dalam. Daun pintu juga tidak kunjung terbuka. "Sayang, buka pintunya. Sayang, kalau kamu tidak mau buka, aku dobrak nih," ancam Revan. Pintu terbuka, Asila ke luar, wajahnya merah, matanya merah. Didorong Revan yang menghalanginya. "Sayang ...." "Jangan pegang-pegang!" Tatapan Asila menyambar bola mata Revan. "Aku salah apa?" Asila tidak menjawab, ia sibuk mengenakan pakaiannya. Diambil bantal, dan selimut. "Sayang," Revan memegang lengan Asila. "Lepaskan!" "Ada apa, aku salah apa?" "Kamu tidak salah, aku yang salah." Asila meletakkan bantal di ujung sofa, lalu ia berbaring di s

