Angin malam menyusup perlahan ke dalam pekarangan belakang rumah Altair. Gasebo kayu di sudut taman tampak tenang, dikelilingi aroma pinus dan bunga sedap malam yang baru mekar. Di situlah Kalia menarik langkah Denta, tangannya menggenggam jemari lelaki itu tanpa bicara, seolah hanya ingin menjauh dari segala tatapan dan tekanan di dalam rumah. Denta tak melawan. Ia pasrah mengikuti langkah Kalia, matanya kosong namun langkahnya mantap, seperti seseorang yang sudah menerima segala hukuman yang akan dijatuhkan padanya. Gasebo itu gelap, hanya diterangi cahaya redup dari lampu taman yang remang. Denta duduk di bangku kayu panjang, diam, lelah, dan diam-diam menahan perih di sudut bibirnya yang robek. Luka-luka di wajahnya belum diobati, darahnya sudah mulai mengering, menempel di kulit dan

