86

1304 Kata

Cahaya matahari menyelinap pelan dari balik jendela besar, membias pada tubuh tegap Denta Attala Bramasta yang berdiri di depan cermin. Kemeja hitamnya sudah terpasang rapi di bahu, namun belum dikancingkan, memperlihatkan d**a bidang dan kulit sawo matang yang kontras dengan material kain satin. Napasnya teratur, tapi sorot matanya tajam. Ada kesan menunggu—bukan karena waktu, tapi seseorang. Tangan kanannya menggenggam ponsel mahal yang sedang ia gulir perlahan, mengecek laporan email dari tim keuangan Bratama. Sementara tangan kirinya meraba-raba ke dalam laci meja rias. Ia sedang mencari pomade favoritnya yang biasanya tergeletak di atas meja. Namun pagi ini benda itu entah menghilang. Jari-jarinya menyentuh sebuah botol kecil. Lain dari yang ia cari. Namun ada rasa ganjil begitu sen

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN