Ruangan itu terasa sedikit lebih ringan setelah rapat berakhir, tapi tidak untuk d**a Kalia. Ketika jam makan siang tiba, Lilla mengetuk pintu ruangannya sembari membawa dua bungkus salad. “Lunch bareng? Gue udah pesenin salmon salad buat kita,” tawar Lilla sambil duduk di sofa kecil di dekat jendela. Kalia tersenyum lemah. Ia bangkit dari kursi, lalu melipat tablet kerjanya. “Makasih, Lil… tapi kayaknya gue nggak bisa makan siang bareng lo hari ini.” Lilla menaikkan alis. “Kenapa? Lo ada janji makan sama klien?” Kalia menggeleng pelan. “Nggak… gue cuma mau makan sama Mas Denta. Ke kantornya.” Lilla tak langsung menjawab, hanya menatap sahabatnya dalam-dalam sebelum akhirnya tersenyum dan mengangguk. “Mungkin itu ide bagus.” Kalia meraih tas tangannya, menata rambutnya sebentar di ce

