Berbeda dari Dante yang memilih diam dan menahan segala kecemasan dalam kesunyian, Denta justru mengekspresikan rasa frustrasinya dengan cara yang paling ia tahu—melalui sentuhan. Baginya, Kalia adalah miliknya. Sepenuhnya. Dan ketika miliknya itu membangkang, ada harga yang harus dibayar. Malam itu, kamar mereka redup hanya dengan lampu gantung bergaya klasik yang menyala lembut. Suara napas berat terdengar, berpadu dengan gumaman dan bisikan yang memenuhi udara di antara mereka. Tubuh Kalia tertindih oleh tubuh kekar suaminya. Bibir Denta menari di sepanjang lehernya, meninggalkan jejak-jejak kepemilikan yang tak bisa disembunyikan. Tangan pria itu tak tinggal diam, menyusuri tiap inci kulit istrinya, seolah ingin memastikan bahwa Kalia sadar, siapa yang paling berhak atas dirinya. “K

