Mobil hitam berlapis baja melesat keluar dari gerbang markas A3R—markas rahasia keluarga Bratama di bawah tanah kota. Sirine dalam mode senyap, tapi kecepatan mobil itu memekik, menyalip kendaraan lain seperti bayangan. Di balik kemudi, Dante menggenggam setir dengan rahang mengeras, mencoba menahan pikirannya agar tetap fokus. Tapi di kursi penumpang, Agam Bramasta, ayah sekaligus pendiri A3R, tak bisa menyembunyikan amarahnya yang perlahan meletup. "Tambah kecepatan, Dante," suaranya rendah tapi menggigit. “Setiap detik sekarang bisa menentukan nyawa adikmu.” Dante hanya mengangguk, memutar kemudi dan menekan gas lebih dalam, membuat mobil nyaris terbang di jalan tol malam itu. Namun keheningan tak berlangsung lama. “Kenapa aku baru tahu soal ini?” tanya Bram tajam, pandangannya lur

