Kalia menatap kedua tangannya yang masih berlumuran darah suaminya. Getar tubuhnya tak kunjung mereda, seperti tak lagi sanggup menopang beban kenyataan. Pikirannya hancur berantakan. Bayangan Denta yang terkulai di pangkuannya, napasnya tersengal, kulitnya dingin—semuanya menghantui. Ya Allah… Selamatkan Mas Denta. Jangan ambil dia dariku. Jangan ambil dia dari bayi kami… Tangisnya pecah lagi, tak peduli meski para perawat sesekali mencoba menenangkan. Tapi pintu ruang operasi yang tetap tertutup rapat seperti menegaskan bahwa pertempuran di dalam sana belum selesai. Suaminya masih berjuang—sendiri, melawan maut. Suasana lorong rumah sakit mencekam, sunyi yang terlalu menyakitkan. Hingga suara langkah tergesa-gesa terdengar. Tumit heels yang menghantam lantai dingin, disertai isakan y

