104

1478 Kata

Langit masih bergelayut kelabu, mencurahkan hujan seolah menggantikan air mata yang telah terlalu kering untuk ditangisi. Di depan mansion megah milik keluarga Bramasta, suasana duka merayap hingga ke setiap sudut, mencengkeram hati siapa pun yang berada di sana. Hening. Hanya suara rintik hujan, lantunan doa, dan sesekali isak tangis yang pecah, mengisi udara yang berat oleh kehilangan. Di tengah ruangan utama yang biasanya dipenuhi canda dan tawa keluarga, kini terbentang tubuh Denta Attala Bramasta—putra bungsu keluarga itu—terbaring diam, dibalut kain putih. Wajahnya tenang, damai, seolah hanya tertidur. Tapi tubuhnya telah dingin. Raganya tak lagi bernyawa. Rere terduduk lemas di lantai, dalam pelukan Bram yang memegangi bahunya kuat-kuat. Wanita itu terus meronta, air matanya tak b

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN