Pagi itu, langit Surabaya masih diselimuti kabut tipis saat suasana di ruang kerja CEO Pranata Group justru memanas. Laporan yang seharusnya menjadi senjata penyelamat di hadapan investor, malah menjadi bahan tertawaan karena satu kesalahan fatal: kirim data yang salah. Berkas kertas berserakan di atas meja, beberapa bahkan jatuh ke lantai saat Salina Hanum Pranata membanting map laporan dengan emosi yang tak tertahan. Wajahnya memerah, rahangnya mengeras, dan suaranya menggema dalam ruangan yang biasanya sunyi dan tertata rapi. "Bagaimana bisa kamu seteledor ini, Nila?" bentaknya lantang. Suaranya menghentak seperti petir, membuat Nila, sang karyawan yang berdiri di hadapannya, gemetar ketakutan. Kedua tangan Nila menggenggam jemarinya sendiri erat-erat, berusaha menahan tubuhnya agar t

