Mobil mewah hitam milik Salina melaju kencang di jalan protokol Surabaya. Di belakangnya, sedan silver dengan kaca gelap berusaha mengejar. “Gila, dia kenceng banget nyetirnya!” gerutu Kalia, mencengkeram setir dengan dua tangan, mata fokus ke jalan. “b*****t banget tuh tante girang,” Salina mendesis, tangan mengepal di paha. “Bawa-bawa mobil gue pula.” “Heh, mulut lo! Nyambat Sal. Lo lupa lo lagi hamil?” tegur Kalia tajam tanpa menoleh. “Astaghfirullah,” pekik Salina reflek, langsung memegang perutnya. “Iya, iya, maaf. Tadi kelepasan.” Kalia mendesah, menginjak pedal gas lebih dalam agar tak kehilangan mobil hitam di depan. “Dia kayak orang kesurupan. Ngebut segila itu pasti bukan ke tempat biasa. Lo yakin dia ke rumah?” “Enggak. Gue malah curiga dia mau ketemu orang,” jawab Salina

