Dante memasuki mobil mewahnya dengan langkah mantap. Jas hitamnya masih membingkai tubuh tegapnya dengan sempurna, meski dasinya sudah sedikit dilonggarkan. Suasana pagi di halaman mansion masih lengang ketika Dante menyalakan mesin mobil. Deru lembut terdengar, nyaris seperti bisikan elegan dari kekuatan tersembunyi di balik kap mesin. Dengan satu tangan menggenggam setir, Dante menyandarkan punggung ke jok kulit dan menarik napas pelan. Sambil melajukan mobil keluar dari halaman, ia meraih tombol panggil di layar digitalnya, memilih satu nama yang sudah tersimpan di urutan teratas: Alex Hidayat. Tak butuh waktu lama sebelum suara Alex terdengar di speaker. “Pagi, Bos.” Dante melirik kaca spion sekilas, lalu tersenyum tipis. Jemarinya yang bertumpu di setir menampakkan cincin pernikah

