47

1286 Kata

Pagi itu, langit Surabaya diliputi kabut tipis. Matahari masih enggan menampakkan diri sepenuhnya saat Salina menatap monitor di ruang kerja Pranata. Secangkir kopi sudah mendingin di samping tangan yang terus menelusuri data keuangan dan laporan rapat. Sudah seminggu Wilona bergabung secara resmi di jajaran manajemen Pranata Group. Semuanya terlihat normal—terlalu normal. Ia hadir di setiap rapat dengan senyum tenang, melontarkan ide-ide segar yang disukai sebagian anggota direksi, bahkan mulai mendapat simpati media karena wajahnya yang 'fotogenik' dan kisahnya sebagai "Adik Perempuan Dari Mendiang Arhan-Pemilik Pranata" Tapi tidak dengan Salina. “Ada yang janggal,” gumamnya pelan. Tangannya mengetik cepat, membuka laporan aktivitas digital Wilona, lalu beralih ke akses kamera CCTV di

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN