91

2090 Kata

Ruangan itu hening setelah Salina dan Dante pergi. Kalia menatap lurus ke depan, tak mengalihkan pandangan meski Denta berdiri di samping ranjangnya dengan tubuh yang nyaris rubuh oleh rasa bersalah. Beberapa menit berlalu. Denta belum mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya berdiri di sana, seperti patung yang ditinggal oleh jiwanya. Sampai akhirnya suara lirih, namun tegas, memecah keheningan. "Siapa perempuan itu?" Denta yang sedari tadi berdiri di sisi ranjang hanya bisa menegang. Napasnya tersangkut di tenggorokan, bola matanya bergerak pelan, menatap istrinya yang kini menoleh, tatapannya basah tapi tajam. "Yang siang tadi ada di ruang kantormu," lanjut Kalia, suaranya bergetar namun tak goyah. "Dia cantik… rambutnya panjang bergelombang, tubuhnya ramping, dan dia berdiri dekat k

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN