Ruang rapat eksekutif di lantai delapan Pranata Group pagi itu sunyi, hanya ada tiga orang: Dante, Salina, dan Alex—asisten sekaligus orang kepercayaan Dante sejak lama. Pintu telah dikunci, layar proyektor menyala menampilkan bagan struktur internal, dan berkas setebal tiga centimeter tergeletak di meja. Salina menyilangkan tangan di depan d**a, ekspresinya serius. Ia masih mengenakan blazer navy yang senada dengan celana panjang slim fit-nya. Sementara Dante duduk santai dengan jas terbuka, menatap dokumen sambil sesekali memutar pulpen di jemarinya. “Jadi, lo sudah amati cara kerja Wilona selama satu bulan ini?” tanya Dante kepada Alex, suaranya datar tapi nadanya penuh kewaspadaan. Alex mengangguk sambil menyodorkan map hitam kepada Dante dan Salina. “Iya. Gue minta satu anak dari t

