Pintu rumah itu terbanting keras, menimbulkan bunyi dentuman yang menggema ke seluruh penjuru. Ronan masuk dengan langkah besar dan ekspresi penuh amarah, sementara di belakangnya Zahara dan Elara menyusul dalam diam. Nafas Ronan memburu ketika ia menghampiri ruang tamu, lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa dengan kasar. Suara desahan frustasinya menggantung di udara yang mendadak tegang. “Gila! Bagaimana bisa Arthur menolak menikahi Elara?” geramnya sambil mengacak rambut sendiri dengan kesal. “Padahal itu jelas-jelas anaknya!” Zahara menatap suaminya dengan gelisah, mencoba meredam emosi yang semakin memuncak. Ia duduk di samping Ronan dan menyentuh lengannya dengan lembut. “Kita semua kecewa, Ronan. Tapi tadi kita dengar sendiri, Anya nggak peduli walaupun Arthur sampai masuk penjara. K