Suasana ruang tamu terasa begitu tegang. Udara pagi yang seharusnya menyegarkan malah berubah menjadi sesak, penuh dengan ketegangan yang menggantung di antara mereka. Arthur berdiri kaku di ambang pintu, sementara Anya di belakangnya dengan mata penuh curiga. Elara berdiri dengan tatapan datar, sementara Zahara dan Ronan tampak jauh lebih tegas dari biasanya. “Aku … hamil anak Arthur,” ujar Elara, nadanya tenang namun jelas mengguncang seluruh isi rumah. Anya tertawa kering, memandang Elara dengan ekspresi tidak percaya. “Hamil? Kamu bercanda, kan?” Zahara tak tinggal diam. Ia mengeluarkan selembar kertas dari tasnya dan sebatang testpack yang sudah dimasukkan dalam plastik kecil. Ia menyerahkannya langsung ke tangan Anya. “Kami nggak sedang bercanda. Itu testpack dan hasil pemeriksaan