Sebuah Rutinitas

905 Kata
Percakapan mereka mengalir dengan mudah selama makan malam. Sky bercerita sedikit tentang kehidupannya, meskipun tidak terlalu mendalam dan tak membahas tentang mantan istrinya sama sekali. Star bisa merasakan ada banyak hal yang disimpan pria itu untuk dirinya sendiri, tetapi dia tidak ingin memaksanya untuk bercerita lebih banyak. “Bagaimana denganmu?” tanya Sky tiba-tiba. “Apakah kau akan terus sendirian seperti ini?” Star terdiam sejenak, tidak menyangka akan ditanya seperti itu. “Bagiku … sendirian itu lebih baik. Itu lebih menenangkan.” Sky mengangguk, seolah mengerti namun kurang setuju dengan ucapan Star. “Ketenangan dan kesepian itu hal yang sangat berbeda.” * * Setelah makan malam selesai, Sky membantu Star membereskan meja, meskipun Star mencoba menolak. Pria itu tetap bersikeras, mengatakan bahwa itu adalah hal yang wajar dilakukan setelah menikmati makanan yang luar biasa. “Terima kasih untuk makan malamnya,” kata Sky saat mereka selesai membereskan semuanya. Ia bersandar di meja dapur, menatap Star dengan tatapan yang sulit diartikan. “Kau benar-benar mengejutkanku hari ini.” “Kenapa mengejutkan?” tanya Star dengan gugup. “Karena kau terlihat seperti seseorang yang selalu memiliki segalanya di bawah kendali, tapi sebenarnya kau memiliki sisi lain yang begitu hangat dan menarik.” Star tidak tahu harus menjawab apa. Kata-kata Sky begitu langsung dan jujur, membuatnya merasa terbuka tapi juga rapuh. “Aku harus pergi sekarang,” kata Sky sambil melirik jam tangannya. “Tapi aku pasti akan kembali. Masakanmu terlalu enak untuk ditolak.” Star hanya mengangguk, tersenyum kecil. Setelah Sky pergi, dia menutup pintu dan bersandar di sana, mencoba menenangkan debaran jantungnya. Ia tahu seharusnya dia tidak terlalu memikirkan Sky. Pria itu memiliki pesona yang bisa membahayakan hatinya, tetapi ada sesuatu tentangnya yang membuat Star merasa hidup. Dan meskipun dia tahu semuanya bisa berakhir rumit, Star tidak bisa menahan dirinya untuk berharap bahwa Sky akan kembali. * * Hari-hari berlalu dengan cepat sejak Sky mulai rutin makan pagi dan malam bersama Star di apartemennya. Awalnya, semuanya dimulai dengan alasan sederhana. Star, dengan kebiasaannya yang teratur, selalu menyempatkan diri untuk menyiapkan makanan setiap pagi sebelum memulai pekerjaannya sebagai seorang marketing yang sibuk. Perlahan, kebiasaan ini berubah menjadi rutinitas yang terasa hangat, nyaman, dan mendekatkan mereka. Pagi itu, seperti biasa, Sky mengetuk pintu apartemen Star dengan santai. Ia mengenakan kaus putih dan celana pendek olahraga, rambutnya sedikit berantakan, menambah kesan pria yang santai namun karismatik. Star sudah terbiasa dengan kedatangan Sky tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, jadi dia membuka pintu sambil mengenakan apron, tangannya memegang spatula. Aroma masakan menyambut Sky, membuat pria itu tersenyum lebar. “Morning, Tetangga. Wangi masakannya saja sudah membuatku semangat untuk hidup,” goda Sky sambil melangkah masuk tanpa menunggu izin. Star menghela napas kecil sambil tersenyum tipis. “Kalau kau terus datang dengan rutin, aku mungkin akan mulai menarik biaya sarapan.” Sky duduk di kursi meja makan dengan santai, bersandar ke belakang sambil menatap Star yang sibuk di dapur. “Tenang aja, aku akan membayarmu, berapa pun kau mau.” Star hanya menggelengkan kepala, mencoba menyembunyikan senyumnya. Sky memang selalu punya cara untuk membuat suasana menjadi ringan dengan sikap santainya, meskipun terkadang godaannya sedikit berlebihan. “Jadi, apa rencanamu hari ini?” tanya Star sambil menuangkan kopi ke dalam dua cangkir, salah satunya dia letakkan di depan Sky. Sky mengambil cangkir itu, meniup permukaannya, lalu menjawab, “Pekerjaan seperti biasa. Ada beberapa rapat yang harus kuhadiri. Tapi kupikir aku akan selesai lebih awal hari ini.” Star hanya mengangguk saja dan melanjutkan masakannya. * * Hari-hari mereka dipenuhi obrolan ringan seperti itu. Sky suka menggoda Star, mencoba memecah kebiasaan perfeksionis wanita itu dengan komentar-komentar santai dan sedikit jahil. Star, di sisi lain, menikmati kehadiran Sky, meskipun dia tidak mau mengakuinya secara langsung. Sky adalah lawan yang menarik baginya—seseorang yang santai dan tidak terlalu peduli pada detail kecil, sementara dirinya terbiasa merencanakan segala sesuatunya dengan sempurna. Namun, di balik godaan dan tawa, percakapan mereka sering kali menyentuh topik yang lebih dalam. Suatu malam, saat mereka duduk di sofa setelah makan malam, Sky bertanya, “Kenapa kau memilih pekerjaan di bidang marketing, Star? Kau terlihat seperti seseorang yang bisa berhasil di bidang apa saja.” Star menatap Sky sejenak sebelum menjawab. “Karena aku suka bertemu orang baru, memahami mereka, dan meyakinkan mereka untuk percaya pada apa yang aku tawarkan. Itu seperti seni, kau tahu? Marketing bukan cuma soal jualan, tapi soal membangun hubungan. Bukan hubungan personal yang kumaksud.” Star menjelaskan detailnya. Sky mengangguk, tertarik. “Dan kau melakukan semua itu dengan sempurna, aku yakin. Aku bisa melihat dari cara kau bicara, kau selalu tahu bagaimana membuat orang merasa nyaman.” “Terima kasih,” jawab Star dengan nada lembut. “Tapi itu tidak selalu mudah. Aku harus belajar untuk menyeimbangkan semuanya—antara kerja keras dan kehidupan pribadi.” “Dan bagaimana dengan kehidupan pribadimu sekarang? Maksudku, selain aku yang selalu datang mengganggumu, apa kau merasa seimbang?” Star terdiam sejenak. Pertanyaan itu terdengar sederhana, tetapi Sky menatapnya dengan pandangan serius, membuatnya merasa harus memberikan jawaban jujur. “Aku tidak tahu. Sebelum kau mulai sering datang ke sini, aku merasa hidupku terlalu teratur, terlalu … terarah dan terjadwal. Tapi sekarang, dengan semua gangguanmu, aku merasa lebih santai.” Sky tersenyum, senang mendengar pengakuan itu. “Berarti aku berhasil membuatmu lebih manusiawi. Dan kau bukanlah robot.” Star mendengus kecil, mencoba menahan tawa. “Kau benar-benar percaya diri.” Sky mengangkat bahu. “Aku hanya mengatakan fakta.” * *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN