Makan Malam

929 Kata
Star terdiam, entah kenapa jawaban sederhana itu membuat jantungnya berdegup lebih cepat. ‘Aku bisa terkena serangan jantung jika dia selalu berada di dekatku,’ gumamnya dalam hati. Dia mencoba mengalihkan pandangannya, tetapi tatapan Sky terlalu intens untuk diabaikan. “Aku harus pergi sekarang,” kata Sky akhirnya, bangkit dari kursinya. “Tapi aku mungkin akan kembali menagih makan malam nanti.” “Jangan terlalu sering menagih makanan, Sky. Aku bukan koki pribadimu,” balas Star, mencoba terdengar tegas meski senyumnya mengkhianatinya. Sky hanya tertawa sambil berjalan menuju pintu. Sebelum keluar, dia menoleh sekali lagi ke arah Star. “Terima kasih untuk sarapannya. Sampai nanti, tetangga.” Setelah pintu tertutup, Star menghembuskan napas panjang, mencoba menenangkan diri. Pria itu benar-benar berbahaya, pikirnya. Tidak hanya karena penampilannya, tetapi juga karena caranya membuat dia merasa begitu ... hidup. Tetapi Star tahu dia harus berhati-hati. Sky adalah pria yang penuh pesona, tetapi dia juga duda yang memiliki masa lalu. Dan Star tidak yakin apakah dia siap untuk terlibat dalam hal yang lebih dari sekadar menjadi tetangga yang baik. * * Matahari mulai meredup di ufuk barat, memberikan semburat jingga yang indah pada jendela apartemen Star. Setelah tadi sempat pergi ke supermarket untuk berbelanja, dia akhirnya kembali ke apartemennya. Biasanya, Star hanya akan memasak sesuatu yang sederhana untuk makan malamnya. Tapi malam ini berbeda. Ada rasa semangat yang tak biasa menggerakkan tubuhnya, dan entah mengapa itu berkaitan dengan tetangga barunya, Sky. Setelah sarapan pagi tadi, senyum Sky yang memukau terus terngiang-ngiang di benaknya. Pria itu terlalu santai, terlalu mempesona, dan terlalu ... berbahaya … untuk hatinya. Namun, meskipun tahu bahwa seharusnya dia tidak terlalu memikirkannya, Star tetap menemukan dirinya berdiri di dapur, bersiap untuk menunjukkan keahliannya yang lebih dari sekadar membuat masakan sederhana. Star menaruh barang belanjaannya dan memindai bahan-bahan berkualitas yang dibelinya tadi dengan penuh perhatian. Ia memilih bahan-bahan terbaik ketika berbelanja tadi—daging sapi segar, sayuran berwarna-warni, dan beberapa bumbu rahasia yang selalu menjadi andalannya. “Kalau dia suka kentang dan sup krim tadi pagi, dia pasti lebih suka ini,” gumamnya dengan senyum kecil di wajahnya. Namun, di balik senyum itu, ada kegelisahan yang dia coba abaikan. “Kenapa aku melakukan ini?” pikir Star, menghela napas dalam. Ia tidak memiliki kewajiban apa pun pada Sky, apalagi untuk mencoba membuatnya terkesan. Tapi ada sesuatu dalam diri pria itu yang membuatnya ingin terlihat lebih baik di matanya—entah itu cara Sky tersenyum atau caranya memandang Star seolah dia satu-satunya hal menarik di ruangan itu. Dengan cepat, Star mulai memotong sayuran, membumbui daging, dan memanaskan panci di atas kompor. Tangannya bekerja lincah, tetapi pikirannya melayang ke percakapan mereka pagi tadi. Sky begitu santai, tapi ada sesuatu di balik sikap santainya itu yang terasa dalam. Ada misteri yang ingin dia ungkap, meskipun dia tahu itu mungkin akan berujung pada sesuatu yang rumit. * * Saat aroma masakan mulai memenuhi apartemennya, Star tersenyum puas. Dia memutuskan untuk membuat menu makan malam yang sedikit mewah malam ini, yaitu steak daging sapi premium dengan saus jamur, mashed potato, dan salad segar. Ia bahkan menambahkan sentuhan kecil berupa dessert sederhana—panna cotta dengan saus stroberi yang dia buat dari buah-buahan segar yang dia beli tadi. Star memandangi meja makan besar di sudut apartemennya yang sudah dia tata dengan rapi. “Terlalu berlebihan,” gumamnya sambil menggelengkan kepala. Tapi alih-alih membatalkan rencananya, dia malah mandi agar tubuhnya segar dan harum. Dia juga merapikan rambutnya, memakai sedikit lip gloss, dan memastikan penampilannya tetap sederhana tapi menarik. “Ini tidak berlebihan, kan?” gumamnya sambil melihat dirinya di depan cermin. “Tidak,” jawabnya sendiri sambil menggelengkan kepalanya. * * Tidak lama kemudian, ada ketukan di pintu. Star terdiam sejenak, jantungnya berdegup lebih cepat. Ia tahu siapa yang ada di balik pintu itu. Ketika dia membuka pintu, Sky berdiri di sana dengan senyum santainya yang khas. Kali ini, dia mengenakan kemeja denim yang digulung hingga siku dan celana jins gelap yang mempertegas tubuh atletisnya. “Wangi yang luar biasa,” katanya sambil melirik ke dalam apartemen. Star tersenyum gugup. “Masuklah. Atau aku akan habiskan sendirian semua makanan itu.” Sky tertawa pelan dan melangkah masuk, matanya langsung tertuju pada meja makan yang sudah tertata rapi. Dia mengangkat alis, jelas terkesan. “Wow, ini jauh lebih mewah dari masakan tadi pagi.” “Anggap saja ini ... semacam apresiasi karena kau tetangga yang menyenangkan,” jawab Star, mencoba terdengar santai. Sky tertawa kecil dan duduk di kursi yang Star tunjukkan. “Kalau begitu, aku harus sering datang ke sini. Siapa tahu aku bisa makan seperti ini setiap hari.” Star hanya tersenyum, meskipun dalam hati dia merasa sedikit gugup. Ia menyajikan makanan dengan hati-hati, memastikan setiap detail terlihat sempurna. Saat mereka mulai makan, Sky terlihat sangat menikmati hidangan itu, bahkan sesekali memberikan pujian yang membuat pipi Star merona. “Kau benar-benar berbakat, Star. Kalau ini restoran, aku pasti jadi pelanggan tetap,” katanya sambil memotong steak di piringnya. “Terima kasih. Aku pernah bekerja di restoran dulu. Pekerjaan sampingan ketika aku masih sekolah. Jadi … aku sedikit tahu rahasia dapur,” jawab Star dengan suara pelan dan tersenyum miring. Ia mencoba mengabaikan perasaan hangat yang muncul setiap kali Sky menatapnya. Ketika mendengar jawabn Star, membuat Sky berhenti mengunyah. “Kau … hebat. Sungguh. Aku suka dengan dedikasimu. Kau tak pantang menyerah hingga sampai ke titik ini. Aku bisa membayangkan jalan terjal apa yang pernah melintas di depanmu. Tapi, kau bisa melewati semuanya.” Star mengangkat kepalanya. Dia tak menyangka Sky akan berkata seperti itu, dan dia merasakan Sky sangat menghargai kerja kerasnya. “Terima kasih.” * *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN