Hilton berdiri di depan jendela besar di ruang kerjanya, tangannya memutar gelas yang berisi cairan keemasan yang berbuih indah. Matanya memandang jauh tetapi bukan pada gemerlap kota di malam hari yang menjadi pemandangan di balik jendelanya. Wajahnya terlihat sangat tegang, dan pikirannya dipenuhi berbagai strategi untuk mengatasi ancaman yang datang dari berbagai arah. Dahinya yang berlipat dengan raut wajah tak biasa menandakan masalah yang dihadapinya saat ini tidaklah mudah. Suara ketukan pintu menarik Hilton yang sudah terlalu lama tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Hanya dalam satu tarikan nafas, wajahnya yang sempat terlihat risau kembali datar dan dingin seperti sebuah topen. “Masuk.” Mendengar izin dari suara berat Hilton, Elise perlahan membuka pintu dan melangkah masuk