“Hei, bumi memanggil Caroline! Apa kau mendengarku? Apa yang kau lamunkan?” Raymond menepuk pelan pipi Caroline yang masih duduk dipangkuannya. “Ha? Aku-? Ah, tidak, aku tidak melamunkan apapun.” Caroline yang baru kembali tersadar dari lamunan masa kecilnya terlihat salah tingkah. Cepat-cepat dia ingin menjauh dari Raymond. “Eits, kau tidak boleh kemana-mana. Sudah kukatakan tadi. Masalah pernikahan kita harus selesai malam ini, atau kita akan terus berada di sini.” Raymond kembali mengetatkan pegangannya di pinggang Caroline dan menahan gadis itu melarikan diri. “Kau masih belum menjelaskan padaku, kenapa kau bisa bilang aku mempermainkanmu.” Caroline kembali terdiam sesaat. Keraguan tergambar jelas di wajahnya. Menit demi menit berlalu, dan Caroline masih betah dengan keterdiamannya,