4

561 Kata
Nafsu makan Greta menghilang seketika. Roti dengan selai cokleat kesukaannya itu sampai tidak habis dimakan. Karena apa? Karena, Greta harus melihat putrinya bermesraan dengan lelaki yag pernah tidur dengannya. Lelaki yang sempat membuat pikiran Greta tertuju padanya. Lelaki yang membuat ia puas dan merasakan kenikmatan. Raanya malam itu ingin diulang kembali. Tetapi, sayang, ia tidak mungkin bersaing dengan putrinya sendiri. Ia tidak ingin merenggut kebahagiaan putrinya sendiri. Novan masih menyuapi Nadiva seperti bayi kecil yang butuh kasih sayang. Sesekali, ia melirik sekilas ke arah Greta yang juga sedang menatapnya. Greta merasa canggung saat kedua mata mereka saling bertatap. Ada debaran yang cukup aneh. Greta meletakkan roti cokelatnya dan mengelap mulutnya dengan anggun. "Niat kalian itu kesini untuk apa? Kalau hanya ingin memamerkan kemesraan saja, lebih baik kalian pulang saja," tegas Greta pada Nadiva dan Novan. Keduanya langsung terdiam dan menatap ke arah Greta yang kemudian berdiri dan henda pergi dari ruang maka penuh kebucinan itu. Novan tersenyum di dalam hati. Ia sungguh puas sekali mendengar kekesalan Greta. Novan sangat yakin sekali, Greta pasti cemburu melihat dirinya dan putri kandungnya bermesraan. "Mama ..." teriak Nadiva yang ikut berdiri dan mendekati sang Mama. "Aku ingin menikah," jelas Nadiva penuh harap. "Selesaikan dulu kuliahmu, Diva! Mama tidak pernah melarang kamu untuk menikah muda. Asal, Kakek kamu memberikan restu," jelas Greta yang langsung berjalan menuju anak tanga untuk kembali ke kamarnya. Waktu libur seerti ini, sebenarnya mmebuang waktu jika harus bangun pagi. Greta hanay ingin memanjakan tubuhnya dengan spa di kamarnya lalu berenang hingga siang agar kulitnya yang mulus bisa sedikit cokelat agar lebih terlihat seksi. Nadiva kembali ke kursi makannya dan bersandar lesu. "Hei ... Kenapa?" tanya Novan seolah begitu peduli dengan kekasihnya. Novan menjawi pipi Nadiva yang sedikit chubby. Nadiva tersenyum pada Novan dan memegang tangan Novan. "Sepertinya kamu harus ikut aku untuk betemu dengan Kakek. Kamu dengar sendiri kan? Mama ku bilang apa? Dia itu pasti akan membeikan resu. Karena Mama juga menikah muda dulu," jelas Nadiva cepat. "Oh ya? Lalu, Papa kamu dimana?" tanya Novan sambil menggali informasi. "Papa? Ada. Dia ada di kota ini. Kita kesana?" ajak Nadiva cepat. "Oke," jawab Novan dengan senyum lebar. Ia senang bisa bertemu dengan mantan suami Greta dulu. Novan hanya ingin tahu, seperti apa mantan suami Greta? Apa yang menyebabkan Greta bercerai dengan suaminya. *** Saat ini, Nadiva dan Novan berada di Lumora Internationa. Sebuah perusahaan raksasa yang sudah berada di level atas. Naiva langsung masuk ke dalam dan bertemu dnegan sekertaris sang Papa. Nadiva sudah beberapa kali datang ke kantor ini saat sekolah dulu. "Papa ada?" tanya Nadiva sopan. "Ada. Langsung masuk saja," ucap sang sekertaris pada Nadiva. Nadiva mengangguk kecil dan menggandeng lengan Novan dengan mesra lal masuk ke ruangan sang Papa. Hansen mengangkat kepalanya dan tersenyum saat melihat anak gadisnya masuk ke dalam ruangannya. Kedua matanya begitu lekat melihat ke arah Novan, lelaki yang Nadiva gandeng. Hansen berdiri lalu dengan cepat menembak pertanyaan. "Pacarmu?" tanya Hansen serius. Nadiva berlari kecil menggapai lengan sang Papa dan memeluk erat. "Iya Pa. Kenalkan, ini Novan, calon suami Diva," jelas Nadiva dengan senyum bahagia. Hansen menatap putrinya dengan senyum bingung. Lelaki itu nampak sangat dewasa. Bertolak belakang sekali dengan Nadiva yang masih kecil karena baru berusia dua puluh tahun. Sedangkan lelaki itu, jelas sudah berumur walaupun belum terlalu tua sekali. "Novan," ucap Novan lantang. "Kaya pernah lihat. Dimana ya?" ucap Hansen pelan dan berusaha mengingat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN