Sementara di kamar rumah sakit yang sunyi, Alex yang baru saja selesai bertukar pesan dengan Angel. Dengan cepat, ia menghampiri putrinya, Luna, yang masih terbaring lemah di atas ranjang. Wajahnya memancarkan senyum lembut saat berbicara. “Sayang, Papa keluar dulu sebentar ya. Papa mau beliin makanan spesial buat Luna,” katanya sambil tersenyum lembut. Di balik senyuman itu, ada sesuatu yang tak terlihat. Di hatinya, Alex sebenarnya hendak mengambil makanan yang telah disiapkan Angel dengan penuh kasih untuk Luna, putri kecilnya. Namun, bukan hanya itu yang menggerakkan langkahnya; Alex juga merasa dorongan kuat untuk bertemu Angel, melepaskan hasrat dan kerinduan yang semakin sulit ia kendalikan. Luna tersenyum kecil dan mengangguk lemah. “Iya, Pah.” Namun, dari sudut ruangan, Desi