“Sayang, tadi kamu dari mana saja?” tanya Radit dengan suara lembut. Ia kini telah kembali duduk bersama di meja yang sama—Angel, Alex, Joni, Anita, dan Desi. Meski pertanyaannya diarahkan kepada Angel, tatapan Radit justru sejak awal terus tertuju pada Alex, seperti tengah mencoba membaca sesuatu yang tersembunyi. Joni, yang memperhatikan semua ini, mulai merasa panik. Ia melirik ke arah Alex dan Angel bergantian, berusaha mencari petunjuk atas situasi yang tampak semakin canggung. “Aduh! Gimana, nih?” pikirnya, keringat dingin terasa mulai mengalir di punggungnya. “Sebenarnya apa, sih, yang sudah Alex lakukan dengan Angel?” pikirnya lagi. Dengan gugup, ia menarik napas dalam-dalam dan membuangnya kasar, mencoba menenangkan pikirannya. Namun kekhawatirannya semakin membesar. “Semoga s