Ketika Alex menggendongnya menuju ranjang, tawa mereka mengisi ruangan, menciptakan suasana hangat dan intim. Namun, begitu Angel sampai di atas ranjang, tawa itu perlahan meredup. Ia memandang sekeliling kamar yang luas dan mewah, dengan dekorasi elegan, perabotan mahal, dan nuansa kemewahan yang sangat kontras dengan kamarnya yang sederhana. Tak bisa dipungkiri, rasa iri mulai menjalar di hatinya. “Kamar ini besar dan mewah, ya?” ujar Angel sambil turun dari ranjang dan berjalan perlahan. Pandangannya menyapu dekorasi yang indah, seolah menelusuri setiap detail yang mencerminkan kehidupan yang berbeda dari miliknya. Alex mendekat dan memeluknya dari belakang, mencium lembut rambut dan pundaknya. “Ada apa, Sayang?” tanyanya dengan lembut. Angel tidak menjawab. Ia perlahan melepaskan