Keesokan harinya, setelah Angel dijemput oleh Andra dan meninggalkan rumah, Desi pulang dari dinas malam di rumah sakit dengan langkah berat. Ia membuka pintu rumah perlahan, merasakan suasana yang janggal. Biasanya, rumah terasa hidup dengan suara ceria Angel dan Luna, tetapi pagi ini justru sunyi. “Luna, sayang, kamu di mana? Apa Tante Angel sudah pulang?” panggil Desi, suaranya menggema di tengah keheningan. Ia menengok ke sana kemari, mencari tanda-tanda keberadaan putrinya. Tak lama kemudian, Luna muncul berlari dan langsung memeluknya erat-erat. Pelukan itu terasa berbeda—lebih kuat, seolah-olah anak itu menyembunyikan kecemasan yang mendalam. “Sayang, Luna, ada apa?” tanya Desi lembut, tangannya mengusap rambut putrinya dengan penuh kasih. Rasa khawatir mulai merayap di dalam