Alex menarik napas panjang, berusaha meredam degup jantungnya yang memburu. Namun, raut wajahnya tak bisa menyembunyikan kegelisahan. “Sudah, Mbok. Tenang dulu... Kita temui dia, bicarakan baik-baik dengan....” Namun, belum selesai Alex berbicara, ketukan pintu kembali terdengar, kali ini lebih keras, lebih mengancam. DOR! DOR! DOR! “Mas Alex! Jangan pura-pura nggak dengar! Angel tahu Laura ada di dalam! Cepat buka pintunya!” Suara itu menggema, memecah keheningan di lorong apartemen. Beberapa penghuni mulai membuka pintu mereka, mengintip penuh rasa ingin tahu. Bisik-bisik mulai terdengar. Alex merasakan setiap ketukan pintu itu seperti pukulan keras di dadanya. Ia menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya. “Ya... sudah. Ayo, Mbok, lebih baik kita keluar!” Wajahnya cemas, ia ta