Kaisar Zhen masih berkutat dengan gulungan kitab kuno, buku-buku tebal, dan ramuan yang ditumpuk sembarangan. Matanya sudah memerah, rambutnya sebagian terurai, pakaian kebesarannya pun juga sudah berantakan. Tangannya gemetar saat menelusuri halaman-halaman tua, namun sorot matanya tetap tajam. Di sebelahnya, Tabib Xu juga berjuang menahan kantuk. “Paduka … tubuh Paduka harus beristirahat. Jika Paduka jatuh sakit, siapa yang akan memimpin negeri ini?” Tabib Xu memberanikan diri bersuara. Kaisar mendengus, tidak menoleh. “Jika aku beristirahat, siapa yang akan menyelamatkan Xin Yao? Apakah kau? Atau tabib-tabib yang hanya tahu menggelengkan kepala?” Tabib Xu menunduk. “Kami memang tak sanggup melawan racun ini … tapi—” “Diam!” Kaisar menutup buku dengan keras hingga debu beterbangan.

