Maudy telah kembali ke meja kerjanya, meskipun badai kesedihan baru saja menyapu kehidupannya. Wajahnya yang jelita, meski kini sedikit pucat, tetap memancarkan keteguhan hati yang luar biasa. Ada sesuatu yang tak tergoyahkan dalam sikapnya, seperti karang yang menantang gelombang. “Maudy!” Suara Gavin memecah kesibukan kantor. Ada kekhawatiran yang jelas terpancar di matanya. Ia telah mendengar kabar duka yang menimpa gadis itu. Tanpa ragu, ia melangkah cepat ke arahnya. Langkahnya penuh ketegasan, namun ada kelembutan yang terselip di balik niatnya. “Iya, Pak Gavin.” Maudy menoleh, menyambutnya dengan senyuman yang mengejutkan Gavin. Senyum itu, meski tipis, tetap memancarkan keceriaan yang membuat siapa pun lupa bahwa ia baru saja kehilangan ibunya. “Saya dengar... ibumu meningga