“Ada acara apa ini, Bu?” Romeo bertanya dengan alis yang bertaut, matanya menatap hiasan-hiasan sederhana namun cantik yang menghiasi rumahnya. Lampu-lampu kecil berkerlip bagai bintang, melingkupi ruangan dengan sinar hangat yang nyaris menipu hatinya yang mulai resah. Ibunya mendekat perlahan, seolah langkahnya membawa beban yang tak terlihat. Dia meraih tangan Romeo, menggenggamnya erat, seperti mencari kekuatan dari anaknya sendiri. “Malam ini kamu dan Kleo menikah, ya…” katanya pelan, nyaris seperti bisikan. Romeo membeku, kedua matanya membulat seperti cermin yang retak. Kata-kata itu mengguncang pikirannya, menumbuhkan badai kecil yang menolak untuk diredam. “Kenapa Ibu enggak minta pendapatku dulu? Harusnya Ibu tanya dulu sama aku,” protesnya. Suaranya bergetar, antara marah