Malam itu, restoran yang dihiasi lilin-lilin kecil di atas meja terasa semakin panas oleh ketegangan yang tidak terduga. Riki dan Lika duduk berhadapan, berbicara dengan santai, sementara makanan mereka baru saja dihidangkan. Namun, semua berubah ketika Rangga dan Herin melangkah masuk, kehadiran mereka bagaikan badai yang tiba-tiba mengusik ketenangan. "Wah, siapa itu?" bisik Riki sambil menatap ke arah Rangga dan Herin. Tatapannya penuh rasa ingin tahu, sementara Lika menunduk canggung. Lalu, Rangga mendekat dengan langkah tegas. Wajahnya dingin, matanya tajam menusuk Lika, seperti sedang menyampaikan amarah yang ia tahan-tahan. "Kenapa kalian ada di sini?" tanyanya, nadanya rendah namun mengandung ancaman. Riki tidak mundur sedikit pun. Sebaliknya, ia malah tersenyum santai, pe