Pagi-pagi sekali, Romeo terbangun dari tidurnya. Matahari belum sepenuhnya menyembul di ufuk timur, menyisakan langit yang semburat keemasan dengan bayang-bayang kelabu. Tangannya meraba-raba sisi tempat tidur yang kosong. Dingin, hampa. Seolah ranjang itu baru saja kehilangan separuh jiwanya. “Sayang...” suaranya serak, hampir seperti bisikan, melayang sia-sia ke udara. Ia bangkit, tubuhnya masih diselimuti sisa kehangatan kasur. Dengan langkah gontai, ia berjalan keluar kamar. Di ruang tamu, cahaya lembut pagi menimpa seorang gadis yang berdiri dengan anggun, rambutnya tergerai seperti tirai malam yang baru saja ditarik. Maudy, sudah rapi dengan pakaian yang tampak seperti mempersiapkan kepergian. “Kamu mau ke mana, Yang?” tanya Romeo, suaranya penuh rasa khawatir, sekaligus bingun