Mata Isa terlihat sembab. Tangannya terus menggenggam erat tangan Putri yang masih terkulai lemas. Sedangkan Guntur hanya bisa duduk di sofa sambil menatap kosong ke depan. Sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Di sebuah rumah sakit swasta itu, di ruangan serba putih itu, tidak ada suara apa pun selain monitor yang tehubung dengan selang-selang di tubuh Putri. Mata Putri masih terpejam padahal ini sudah dua minggu dan sepertinya Putri belum ada keinginan untuk bangun. "Pulang dan tidurlah dulu, Ayah." Suara Isa memecah kesunyian. "Besok kau masih harus bekerja," sambungnya. Ia melihat suaminya. Guntur tampak sangat kacau. Rambutnya yang selalu rapi, kini tampak acak-acakan. Matanya tidak pernah lagi hidup seperti dulu. "Sudah satu minggu, Bu. Kapan Putri akan bangun?" "Entah