50. Lamaran Dewa membeku menatap sosok gadis yang dirindukannya. Matanya beradu dengan mata cantik itu sekian detik. Meski Putri hanya melihatnya sebentar, tapi itu sudah cukup membangkitkan kenangan-kenangan mereka bersama. “Wa, masuk! Kenapa berdiri terus di sana?” “Hah? Iya!” Dewa berjalan terus menuju penjaga warung melewati meja Rayhan dan Putri. Tidak ada yang tahu bagaimana keadaan hati Dewa saat itu. Bahagia, sedih, kecewa, takut, semua bercampur jadi satu. Dia bahagia karena bisa kembali melihat sosok gadis pujaannya. Sedih karena mereka sudah tidak lagi bersama. Kecewa pada keadaannya yang tidak bisa membuat Putri tetap berada di sisinya, dan takut jika Putri mengenalinya. Tapi sepertinya opsi terakhir tidak terjadi karena Putri tidak lagi menatap bahkan meliriknya. Dia han