Bunyi klakson dan makian dari pengendara tak William pedulikan. Sebisa mungkin dia menyelinapkan kereta besinya saat melihat ada celah untuk melesat. William bahkan abai pada keselamatan dirinya, tak menyadari jika dia sudah berkendara di ambang batas kecepatan yang diperbolehkan. Pikirannya hanya satu, lekas tiba di hotel. "Semoga saja anak itu tidak berbuat bodoh!" Bibir William tanpa sadar mengoceh random. Terkadang do'a dia tujukan pada Vanilla, berharap apa yang dia pikirkan tak menjadi kenyataan. Kadang-kadang sibuk mengomeli istri kecilnya meski sadar gadis itu tidak sedang berada di hadapannya. "Astaga! Dua jam. Sudah dua jam sejak kepulangan mereka dari kampus, itu artinya ... argh!" William menjambak rambutnya. Pikirannya berkeliaran liar membayangkan apa yang sedang dilaku