Cukup lama William bertahan dengan posisinya, membeku dengan lutut mencium rerumputan basah. Otaknya sibuk mencerna perkataan Vanilla barusan, sampai William tak sadar pakaian yang dikenakannya basah kuyup. Rintik gerimis yang semula menitik, berganti menjadi lebat bak tumpahan air bah. "Vanilla." William seolah tersadar. Pria itu bergegas bangkit menyadari istri kecilnya berlari semakin jauh. "Tunggu, Van!" Tak mau semakin tertinggal jauh, William melompat menerjang genangan air yang tampak menenggelamkan sebagian pemakaman itu. Dari semua masalah yang timbul, tak pernah William bayangkan perpisahan antara dirinya dan Vanilla akan terjadi secepat ini. "Vanilla!" William mempercepat larinya melihat Vanilla telah sampai di tepi jalan, gadis itu berdiri menunggu taksi. "Van, kenapa