"Bagaimana keadaan Vanilla, Pa?" Dengan napas terengah William menghampiri ayah mertuanya. Roy bersama Marissa tengah duduk di barisan kursi besi, tak jauh dari ruang IGD. Wajah lelahnya berselimut kecemasan, Marissa tak melepas genggaman tangannya dari pria itu. "Dokter masih memeriksanya. Duduklah, Will." William menurut. Ada perasaan lega luar biasa yang membuatnya kembali bebas bernapas. Walau keadaan tak lagi sama, William akan berupaya memperbaikinya dan rela melakukan apa pun demi meredam kemarahan sang istri nantinya. "Bagaimana ceritanya Vanilla bisa pingsan di bandara, Pa?" "Istrimu berencana pergi ke Phuket mengambil jadwal penerbangan terakhir. Anak buah Papa berhasil menggeledah tasnya, dan semua keperluannya selama di luar negeri ada di sana, termasuk paspor dan yang