"Istirahat ya, ingat apa kata dokter. Tidak boleh kecapekan, istirahat cukup dan jangan sampai stres agar calon cucu Papa tumbuh sehat di dalam sana." Roy mengusap puncak kepala putri kesayangannya. Setelah menghabiskan tiga hari di rumah sakit, atas permintaan Vanilla akhirnya Roy membawanya pulang ke rumahnya. Lelaki paruh baya itu tahu betul Vanilla masih menyimpan rasa marah dan kecewanya pada William. Dia sendiri tak menyalahkan menantunya, tapi juga tak membenarkan sikap William yang gegabah. Vanilla tak akan semarah itu selama William mempercayainya. "Mama pergi ya, kalau butuh apa-apa langsung panggil Mama saja." Marissa membantu menyelimuti gadis yang kini menjadi anaknya juga. "Terima kasih, Ma." Hening. Tak ada lagi pembicaraan terjadi dalam ruangan itu sepeninggal Roy d