Vanilla mengerjap pelan ketika hembusan napas William menerpa wajahnya, mengusik tidurnya yang lelap usai semalam suntuk dihajar habis-habisan oleh lelaki itu. Masih segar dalam ingatan bagaimana lelaki yang hampir berusia kepala empat itu terus merengek meski telah berkali-kali mendapat pelepasan. William tak membiarkannya beristirahat barang sejenak. Usai sama-sama tumbang, Vanilla hanya dibiarkan mengambil jeda untuk bernapas karena tak lama setelahnya William kembali menjajah tubuhnya. Liar, tapi tetap dipenuhi kelembutan. Begitu menuntut, tapi tak lupa memprioritaskan Vanilla untuk mendapat kenikmatan juga. Vanilla tersenyum teringat sentuhan William yang begitu memanjakannya. Bayangan wajah penuh kepuasan yang tercetak di rahang lelaki itu ketika mengurungnya dalam belenggu panas.