Balas Jasa

910 Kata
Saga menelan ludah tatkala matanya bertatapan dengan Ferdinan. Pria itu memiliki sorot mata dingin cukup mengintimidasinya"Kakak, dia hanya datang ke sini untuk menjenguk seseorang. Kami cuma kebetulan bertemu," bohong Saga tersengih. "Oh ya, entah kenapa Kakak tak percaya." Saga mengumpat dalam hati, Kakaknya memang bukan seseorang yang dapat ditipu terpaksa dia harus melakukan pilihan terakhir. "Aduh kepalaku." Saga meringis kesakitan,l berpura-pura supaya Ferdinan tak melanjutkan lagi pembicaraan mereka. "Ada apa?" "Kepalaku pusing kak," keluhnya lagi. Ferdinan lantas memperbaiki bantal lalu membaringkan Saga. "Jangan pikir pembicaraan kita berakhir, aku akan menunggu jawabanmu." Saga yang awalnya tenang mendadak mematung. Gelisah kembali muncul. Saat itu terjadi bagaimana harus menjawabnya? "Ngomong-ngomong di mana istrimu? Bukannya kalian berdua kena insiden?" tanya Ferdinan. "Dia sekarang sedang berusaha menghubungi artist favorit Ibu untuk datang ke-" "Lebih baik kau fokus saja dengan kesehatanmu. Untuk aniversarry Bunda dan Ayah kita bisa lakukan itu tahun depan," putus Ferdinan memotong perkataan Saga. Pria itu terdiam sesaat sebelum akhirnya mendengus kesal. Dia kemudian memosisikan tubuh menyamping dan memejamkan mata hendak beristirahat. Di saat yang sama Lizzy akhirnya tiba di rumah sakit. Dalam perjalanan dia jadi gagal fokus karena kecelakaan yang menimpanya maka wanita itu memutuskan untuk mengurungkan niat. Lizzy melangkahkan kaki menuju lorong sebelah kiri setelah mendapatkan informasi dari bagian administrasi. Matanya melirik sekitar mengamati beberapa orang yang berada di tempat itu. Ada beberapa pasien sedang ditemani perawat atau pun bersama keluarga. Ada pun pasien tengah bercengkrama dengan pasien lain. Di sebuah kamar yang pintunya terbuka Lizzy juga bisa melihat seorang dokter memeriksa. Matanya kembali fokus ke depan untuk beberapa saat hingga mendadak berhenti tatkala pandangan jatuh kepada Crystal--selingkuhan Saga. Mukanya yang masam menjelaskan banyak hal untuk Lizzy. Crystal pun menyadari kehadiran Lizzy makin menambah moodnya buruk. "Kau baru sampai?" Crystal mengejek. "Jadi begini kelakuanmu sebagai istrinya Saga? Tidak peduli sama suami sendiri?" Lizzy tidak menanggapi. Dia dengan diam mengamati penampilan Crystal dari ujung rambut hingga ujung kaki dan mengakui kekasih dari suaminya itu cantik. Senyuman merekah di bibir namun tindakan Lizzy mengundang rasa kesal. "Kenapa kau senyam-senyum? Apa kau sedang menertawakanku?" geram Crystal. "Yah semacam itulah," jawab Lizzy. "Kau pasti memakan waktu yang lama untuk berdandan tapi usahamu nyatanya sia-sia, apa kau diusir oleh Kakak Ipar?" "Jangan sok tahu kamu!" Crystal mengecam, suaranya bergema di koridor membuat orang-orang melihat ke arah mereka berdua. "Mbak tolong jangan teriak-teriak, di sini tempat umum. Aku cuma bertanya saja kok," celutuk Lizzy berpura-pura polos. Lizzy maju beberapa langkah, mendekatkan bibirnya ke telinga Crystal lalu berbisik. "Sebaiknya kau pergi sekarang dari sini sebelum Ayah mertuaku datang dan membuat suasana makin runyam tentunya kau tidak ingin hal itu terjadi bukan?" Crystal menggigit bibir keras. Teringin hati ingin menjambak rambut hitam gelombang milik Lizzy namun jika pertengkaran berlanjut mungkin Ayah dan Ibunya Saga akan mempermalukan dirinya. Crystal cuma bisa menatap tajam kemudian berlalu pergi. Dia terus menahan amarah hingga tiba di tempat yang sepi. "LIZZY SIALAN!" teriak Crystal, tak mampu menahan emosi lagi. "Kalau bukan karena kau dijodohkan dengan Saga, aku pasti yang akan jadi istrinya Saga!" Crystal kembali mengerang frustasi. "Baik Lizzy dan pria tua itu sama saja! Memangnya ada masalah kalau aku ini seorang pel*cur. Aku dan Saga saling mencintai! Saling cinta!" ❤❤❤❤ Di kamar pasien Lizzy termenung sendirian sambil melihat Saga sedang tidur. Dia dan Ferdinan telah memperoleh pemeriksaan kepala milik sang suami. Lega saat mengetahui tidak terjadi sesuatu buruk kepada Saga. Ferdinan lalu pergi ketika Ayah dan Ibunya datang. Dia disuruh oleh Mahendra agar mengawasi perusahaan. Yuna tak kuasa menyembunyikan kesedihan. Dia terpukul saat mendengar kecelakaan yang menimpa anak bungsunya itu. "Bagaimana hal ini bisa terjadi dan ke mana kamu? Bunda mencarimu dari tadi," tanya Yuna kepada Lizzy. "Maaf Bunda sebenarnya kami sedang mencari hadiah untuk Bunda dan Ayah tapi tiba-tiba saja karena Saga kurang konsentrasi kami hampir menabrak truk," terang Lizzy jujur. "Dasar anak bandel!" maki Mahendra. "Kau selalu membuat masalah, bikin khawatir saja." Sorot mata sendu dari Mahendra menjelaskan sesuatu yang berarti. Bagaimana pun dia adalah seorang Ayah yang sangat menyayangi keluarganya. "Kau tak apa-apa?" tanya Yuna pada Lizzy, mengingat dia juga terlibat dalam kecelakaan. "Tak apa-apa Bunda, cuma luka kecil. Dari tadi kami juga sudah mendapat hasil pemeriksaan luka di kepala Saga tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Yuna dan Mahendra mengangguk mengerti. "Ayah dan Ibu tak usah cemas biar aku saja yang menjaga Saga di sini." Lizzy melanjutkan perkataannya. Tentu saja ini adalah kewajibannya sebagai seorang istri, dia sama sekali tak keberatan. Sekarang disinilah Lizzy menunggu suaminya terbangun. Dilihatnya layar ponsel yang menunjukkan pukul 18.00. Kira-kira sudah dua jam Saga tidur pulas. "Kapan sih dia bangun? Dia belum makan siang," omel Lizzy entah pada siapa. Dalam diam, wanita itu meneliti seluk beluk wajah sang suami. Lizzy mendengus mendadak. Untuk kedua kalinya, dia tak menampik Saga tampan bahkan dalam keadaan tidur. Pria itu layaknya pangeran tidur yang sedang menunggu seorang putri menciumnya untuk mematahkan kutukan. Di sisi lain Lizzy sangat membenci Saga karena sifat playboynya memang dia disukai sebab sikap gentleman tapi lain dari itu dia menyebalkan. Sangat menyebalkan. Masih terus memperhatikan wajah Saga dari dekat, secara mendadak Saga membuka mata dan langsung melihat pada Lizzy. Matanya yang abu-abu langsung membulat serta berbinar saat melihat mata coklat milik Lizzy. Dia terpukai akan keindahan mata sang istri dan untuk beberapa saat Saga mematung. Lizzy mengkerutkan alis, bingung dengan tingkah Saga. "Kau kenapa melihatku seperti itu?" Lizzy bertanya. "Kau ... cantik," ungkap Saga. "Matamu cantik sekali."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN