Albert memarkir mobilnya di tepi kebun buah yang terbentang luas seperti lukisan hidup di lereng perbukitan Swiss. Langit biru membentang dengan awan putih menggantung tenang, dan sinar matahari menerpa lembut lahan kebun yang penuh pohon apel, stroberi, persik, dan anggur yang ranum menggoda. Udara segar dan wangi buah matang langsung menyergap Kiara ketika ia melangkah keluar dari mobil, mengenakan dress sederhana berwarna krem yang berkibar ringan tertiup angin. Kiara memandang kebun itu dengan mata membulat. Matanya berbinar. Albert menoleh menatap wajah Kiara, dan untuk kesekian kalinya, lelaki itu menyadari bahwa tidak ada keindahan alam manapun yang mampu menyaingi pancaran wajah Kiara saat sedang bahagia. "Mau coba memetik sendiri?" tanya Albert. Kiara hanya mengangguk, tanpa ka