Pagi itu, matahari bahkan belum menembus jendela kamar ketika ketukan halus terdengar di pintu. Kiara, yang tidur dalam kecemasan semalaman, langsung terbangun. Tubuhnya lemas, mata masih sembab, tapi naluri bertahan hidupnya tetap terjaga tajam. Ia berjalan pelan mendekat, menempelkan telinga ke daun pintu. Tak ada suara dari luar. Hanya sebuah suara mesin kecil, lalu langkah kaki yang menjauh. Dengan hati-hati, Kiara membuka pintu. Di depan pintu, berdiri sebuah rak lipat roda, seperti yang biasa digunakan pelayan hotel mewah. Di atasnya—sebuah kotak besar panjang, terbungkus satin putih dan pita emas. Tidak ada catatan. Tidak ada penjelasan. Tapi Kiara tahu. Tangannya gemetar saat membuka pita. Saat kotak itu dibuka, napasnya tertahan. Sebuah gaun pengantin berwarna putih gading m