BRAK! Tubuh Kiara terhempas ke lantai marmer kamar megah itu. Suara pintu dibanting keras menggema di seluruh ruangan. Lututnya membentur keras permukaan dingin lantai. Sakit. Tapi tidak sebanding dengan kehinaan yang ia rasakan. Dua bodyguard berpakaian hitam telah melemparkannya seperti boneka tak berharga, lalu keluar tanpa kata. Pintu dikunci dari luar. Kiara yang masih terengah-engah karena menjerit dan melawan kini tergeletak di lantai, rambutnya kusut menutupi sebagian wajah, tubuhnya menggigil, dan pipinya basah oleh air mata dan keringat. Ia mencoba bangkit, tapi tubuhnya terlalu lemah. Ia hanya bisa duduk bersandar di sisi tempat tidur besar yang selama ini menjadi saksinya hidup dalam ketakutan. Langkah sepatu terdengar mendekat dari luar. Denting sepatu kulit yang teratur,