Mayang tak berkutik ketika Ivan semakin erat memeluknya. Kedua mata Ivan mengunci tatapannya dan pria itu terlihat sangat lapar sementara ia adalah mangsa yang begitu empuk. Mayang mendorong pelan d**a Ivan. Bukannya ia tak suka dipeluk Ivan, tetapi ia butuh udara untuk bernapas. Ia terlalu gugup, ia tak persiapan sama sekali. "Yang, aku masih mau jelasin yang tadi sore," kata Ivan seraya mengendorkan pelukannya. "Ya, tapi nggak usah kayak gini. Aku deg-degan," ujar Mayang. Ivan tertawa kecil. Ia menurunkan tangannya ke pinggang Mayang. 4 tahun tak berjumpa, Mayang terasa sedikit lebih berisi, tetapi Mayang tetap sempurna di mata Ivan. Ivan menyusupkan tangannya di balik kaos Mayang dan membelai punggung Mayang perlahan. Tentu saja, aksi Ivan itu cukup membuat Mayang panas-dingin. Ia m

