Seminggu berlalu sejak Damar pergi. Mayang lebih banyak di kamar sekarang. Ia mencoba untuk ikhlas, tidak menangis dan terus mendoakan Damar. Namun, ia belum bisa menjadi Mayang yang sebelumnya. Ia terus mencoba tersenyum pada Reva yang selalu menghiburnya dengan mengajak bermain atau hanya sekadar bicara. Namun, masih ada kekosongan di dalam hatinya. Dan Ivan sepenuhnya maklum. "Pa, kenapa Tante di kamar terus?" tanya Reva suatu ketika. Mereka sedang makan malam dan Mayang tak turun seperti malam-malam sebelumnya. "Aku kangen tante, Pa." "Sabar ya. Tante masih bersedih karena kepergian kakaknya. Jadi, kita doakan aja biar tante lekas ceria lagi." Ivan mengusap kepala Reva dengan lembut. "Iya, Pa. Tapi, aku kangen main bareng tante." Reva masih cemberut ketika menyendok nasi gorengnya.

