Ivan menangkup wajah Mayang yang basah. "Kenapa kamu bilang kayak gitu, Sayang? Kamu ... kamu tahu aku cinta sama kamu." Mayang mengangguk, tetapi ia masih terisak. Ia bisa merasakan tatapan tulus Ivan menembus kedua maniknya. Ia lalu mengulurkan tangannya ke pipi Ivan. "Aku juga nggak mau terlahir miskin dan nggak tahu siapa orang tua aku, Om." Mayang menggeleng pelan. Hatinya masih terasa sakit karena hinaan Priyo. "Nggak, kamu nggak miskin. Kamu punya hati yang sangat kaya, Sayang. Dan aku nggak pernah memikirkan harta benda. Kamu ada di sisi aku, itu aja udah tak ternilai, Yang," kata Ivan. Ia melepaskan wajah Mayang lalu menggenggam kedua tangan Mayang. Ia mengangkatnya pelan dan mendaratkan kecupan demi kecupan di sana. "Aku cinta banget sama kamu. Jangan mikir kayak gitu lagi. K

