"Dia nggak cemburu ...." Gempa menoleh. "Apa cemburu?" Sedang Badai menggumam, tatapannya lurus ke depan, dengan tangan yang menggenggam kaleng soda. "Apaan, sih?" Gempa bersuara juga pada akhirnya, itu sudah kalimat yang sama dari Badai entah keberapa kali, selalu nyebut soal cemburu atau tidak. Well, meski pernah terjadi baku hantam, saudara kembar itu kembali akur sekarang, bahkan Topan ikut gabung sambil mengecek jurnal yang telah dibuatnya. "Aruna." "Kenapa lagi sekarang?" Badai teguk habis minumannya. "Dia cemburu, tapi karena statusnya sebagai istri." Dan Badai menatap Gempa. "Terlepas dari status, berarti dia nggak cemburu, kan?" Topan menaikkan alis. "Berantem?" Sumpah, mereka nggak ngerti. Badai berdecak dan mencebik rumit, keningnya agak mengernyit. Mengingat obrolan k