Eps 9.

1340 Kata
Semua turun dari kuda, menarik pedang dari sarungnya, pasang kuda-kuda untuk kejadian yang  mungkin akan lebih parah lagi. “Lindungi pangeran!” perintah Yang jin pada anak buahnya. Anak buah Yang jin yang berperan sebagai kusir pun berdiri dengan pedang di tangan. Semua waspada dengan keadaan sekitar yang sebenarnya sangat sepi. Hanya ada suara bambu yang bergesekan dengan bambu lain karna ada angin lewat. Menit berlalu, keadaan masih sama, memaksa Yang jin untuk bergerak, melangkah lebih maju lagi. Pedang di tangannya tergenggam semakin erat. Tak begitu lama, seorang lelaki tua dengan rambut berwarna abu-abu ; ah, lebih tepatnya hampir memutih, keluar dari rumah tua itu. Dia bersedekap dengan satu tangan yang memegang seruling dari bambu kuning. Tatapannya terarah kedalam kereta yang kainnya sedikit tersibak oleh angin. Pelan, satu tangan bergerak mengelus rambut putih yang memenuhi dagu, sunggingan senyum hampir tak terlihat karna kumis tebal berwarna putih itu telah menutup bibir. “Pulanglah! Rumahku tak menerima tamu!” ucapnya begitu santai, lalu meneguk arak dalam botol bulat ditangan kanannya. Mendengar pengusiran itu, Gantan menyibak gorden penutup pintu kereta. Dia keluar dari sana, membungkuk, menatap lelaki tua yang ia yakini adalah Ying Hecong. Tentu ini pertama kali ia bertemu dengannya, tapi suara lelaki itu terdengar tak asing di telinga. Gantan segera turun, melangkah untuk mendekati Ying Hecong. Namun Yang jin menghentikan langkahnya, menatap tuannya dengan penuh waspada. “Pangeran, kita harus hati-hati.” Ucapnya, memperingatkan. Mendengar suara lirih dari Yang Jin, Ying Hecong kembali mencibir. Malah kini tertawa kecil dengan melirik Gantan. “Lihatlah, bawahanmu sudah mengingatkan.” Gantan dan Yang jin sama-sama menatap kearah Ying Hecong dengan penuh penasaran. Menepis pedang yang ada didepannya. “Yang jin, aku yakin, dia adalah Ying Hecong. Si pembuat pedang itu. Biarkan aku berbicara padanya.” “Tapi, yang mulia,” suara tertahan. Terlihat sekali jika dia sangat menghawatirkan keselamatan tuannya. Gantan tersenyum tipis dengan anggukan kecil. Memberi isyarat jika pasti dia akan baik-baik saja. Menurut, Yang jin membiarkan Gantan melangkah, mendekati Ying Hecong yang berdiri disamping sumur. Awalnya bingung harus bersikap seperti apa ketika bertamu. Karna dia tidak ada di dunianya sendiri. Hanya sedikit membungkuk, diam menatap wajah Ying Hecong yang kini juga tengah menatapnya. Sama-sama saling tatap dengan heran. “Pak tua, apa benar, anda ini adalah Ying Hecong? Pemandai besi? Pembuat pedang?” tanyanya pelan, ragu. Ying Hecong melengos, kembali mengangkat botol, lalu meneguknya, sampai arak dari botol itu ada yang menetes, membasahi rambut di dagu. “Mau apa kesini? Aku sudah lama tidak menerima pesanan pembuatan senjata. Pergilah!” usirnya lagi. Dia beranjak, mulai melangkah. “Tunggu!” teriak Gantan, menghentikan langkah kaki itu. “Pak tua, aku tidak mau pesan senjata. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu.” Lelaki tua itu menoleh dengan mata menyorot tajam, terlihat enggan untuk sekedar bertele-tele. Tangan Gantan menengadah ke samping, memberi kode pada Yang jin untuk mengambilkan pedang yang mereka bawa dari istana. Tak begitu lama, Yang jin memberikan pedang panjang yang terbungkus kain berwarna hitam itu ke tangan Gantan. “Pak tua, aku ingin kita membahas ini di dalam. Aku tak mau ada yang tau tentang ini.” Pinta Gantan. Tak menolak, karna dia pun cukup penasaran dengan apa yang dibawa oleh Gantan. Termasuk, juga begitu penasaran dengan siapa pemuda yang sejak tadi bicara padanya ini. Tak mengatakan apa pun, langsung melangkah masuk ke dalam rumah, lalu Gantan mengikutinya dari belakang. Sementara Yang jin ikut masuk, dan semua anak buahnya berjaga mengelilingi rumah tua itu. “Kau ini siapa?” tanya Ying Hecong setelah mereka duduk saling berhadapan, terhalang oleh meja kecil didepannya. Gantan menarik nafas, masih memangku pedangnya. “Aku tidak tau bagaimana cara mengenalkan diri. Karna disini, memang bukanlah negriku. Tapi, aku ingin menanyakan padamu satu hal.” Dia mulai menaruh pedang itu diatas meja, membuka kain yang membungkus pedangnya, “kau kan, yang telah menciptakan pedang ini?” Kedua mata Ying Hecong membulat, dia hampir terjungkal karna terkejut. “Pedang Petir ….” Lirihnya berucap. Kedua mata Gantan menyorot tajam menatap wajah terkejut Ying Hecong yang kini terlihat terkejut. Tangan Ying Hecong terulur, berniat untuk menyentuh pedang hitam itu. Namun, dengan cepat Gantan menjauhkan pedang. “Katakan, ada rahasia apa dari pedang ini? Apa kau yang sudah menyuruh penyusup itu menusuk pangeran Zhao Gantang?” Ying Hecong menatap wajah Gantan, lalu beralih menatap Yang jin yang berdiri tepat disamping meja. “Kalian … kalian ini dari istana Yongheng?” Gantan mendongak, menatap Yang jin, lalu mengangguk pelan. “Ya, kami dari istana Yongheng. Dan ini adalah pangeran Zhao Gantang yang ditusuk dengan pedang ini. Kau adalah utusan istana Fangrong?” tanya Yang jin dengan menatap wajah Ying hecong tajam. “Bukan, bukan, bukan. Aku tidak tau perselisihan antar istana. Aku tidak mengenal mereka, aku juga tidak mengenal kalian semua.” Jawab Ying hecong dengan kedua tangan melambai, menolak kesimpulan yang tadi Yang jin ucapkan. Gantan menegakkan duduk, makin tajam menatap wajah tua didepannya. “Bisa kau jelaskan, bagaimana pedang ini bisa sampai ke dalam istana Yongheng dan melukaiku?” Kedua mata tua itu menyipit, menatap Gantan dengan begitu teliti, dia beranjak, sedikit membungkuk. Satu tangan terulur, bermaksud menyentuh bahu Gantan. Namun, pedang Yang jin memukul tangan itu. “Cukup jawab pertanyaan dari pangeran Gantang. Jangan coba menyentuhnya!” serunya tegas. “Aiya … aku hanya penasaran. Bagaimana dia masih bisa hidup? Sementara, racun itu adalah racun mematikan sedunia.” Ucapnya, sedikit menjauh dari Gantan. Kembali kedua mata itu melotot dengan menatap kearah Gantan, “atau ada yang mau menukar nyawa denganmu?” Kini mata Gantan menyorot tajam, dia beranjak, berdiri tepat di depan Ying hecong dengan tatapan siap memangsa. “Apa maksudmu ragaku di negriku sana telah mati? Lalu aku ber-reinkarnasi di raga pangeran Gantang!?” tanyanya penuh emosi. Apa artinya Gantan tak akan bisa kembali lagi ke dunianya? Apa dia akan selamanya terjebak menjadi seorang pangeran didalam negri berantah ini? Gantan mencengkram erat kerah baju Ying hecong dengan begitu emosinya. “Haiyo ….” Ying hecong memegang tangan Gantan dengan kedua tangannya, meminta untuk dilepaskan. “Tenang dulu. Tenang. Aku bahkan belum betul tau, seperti apa akar masalahnya.” Tuturnya lagi, mencoba mencairkan suasana, “ayo, kita kembali duduk dan berbicara.” Yang jin ikut menepuk lengan tangan Gantan, lalu ngangguk. Pelan Gantan melepaskan cengkraman tangan, membiarkan Ying hecong kembali bisa bernafas dengan lega. “Yang mulia, tenang dulu. Kita dengarkan apa yang akan dia katakan lebih dulu.” Tutur Yang jin, mencoba menenangkan. Mereka bertiga duduk melingkari meja persegi dengan pedang panjang berwarna hitam diatas meja. Tak hentinya Gantan menatap tajam kearah Ying hecong, membuat lelaki tua itu sedikit menciut. “Haiyo … baik, baik, aku akan mulai berbicara.” Ucapnya setelah tak nyaman, merasa di kuliti dari tatapan tajam Gantan. Detik berlalu, hingga terhitung menit yang berjalan, bahkan sampai akan pada hitungan jam. Ying hecong hanya diam mengamati wajah Gantan. Sedangkan Gantan juga diam dengan tatapan marah. Berbeda dengan Yang jin yang kini mulai mengetahui ada yang janggal dari dalam diri pangeran Zhao gantang. “Jadi … kamu benar-benar berasal dari negri lain?” itu yang akhirnya keluar dari mulut lelaki tua berambut abu-abu ini. Gantan mengalihkan tatapan, menatap pedang yang masih tergeletak didepannya. “Jelaskan, bagaimana caraku kembali ke duniaku!” Ying hecong diam, jari jemarinya mengetuk meja beberapa kali. Sepertinya dia juga sedang berfikir keras. “Aku telah lama membuat pedang ini. Zhao Xifeng, adalah pemilik asli pedang pembelah langit. Pedang petir yang dulu menjadi legenda, beberapa masehi lalu. Setelah Zhao Xifeng meninggal, pedang ini kembali lagi ke tempat semula. Di dalam peti yang sampai sekarang masih tersimpan didalam ruang rahasiaku. Saat itu … entah bagaimana, penyusup dari Fanrong itu masuk. Lalu aku sudah tak melihat lagi pedang ini disana. Sampai setiap hari, aku selalu melihat peti itu, berharap pedang itu akan kembali lagi. Namun, ternyata pedang itu telah nyaman, ada disampingmu. Walau kenyataannya, pedang inilah yang telah menusukmu.” Gantan diam, mencoba memahami setiap kalimat yang di katakan oleh Ying hecong. “Maksudmu … pedang ini … milikku?” Kepala itu ngangguk dengan begitu yakin. “Kau adalah pemilik pedang pembelah langit ini.”      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN