Eps 12.

1236 Kata
Mencari kayu bakar, sesuatu yang dari dulu tak pernah ia lakukan. Lalu kali ini ia harus masuk ke hutan untuk mencari kayu bakar, yang entah akan di gunakan untuk apa. Setelah jauh melangkah, ia mulai merasa lelah. Memutuskan untuk berhenti, berkacak pinggang dengan nafas ngos-ngosan. Sesekali tangannya mengusap keringat yang mulai bermunculan di kening. Beberapa bulan ia tersesat di negri berantah, baru kali ini keringatnya muncul. Pandangannya mulai menelisih ke setiap arah, mencari kayu yang bisa ia bawa pulang untuk di tunjukkan ke Ying hecong. Tatapannya menyipit saat melihat ada bongkahan kayu yang sepertinya memang sudah di potong rapi. Pelan ia berjalan, mendekati kayu itu. Tersenyum menyeringai ketika tau jika memang si kayu udah ada dan tersembunyi. Dia tinggal mencari dan mengumpulkannya saja. Hampir seharian Gantan memutari hutan, mencari potongan kayu itu. Kini, saat matahari tenggelam, ia telah keluar hutan dengan seikat kayu di bahu kanannya. Ia menjatuhkan kayu di sembarang, langsung mendudukkan p****t di kursi bambu yang ada di halaman belakang dengan begitu kasar. “Yang jin, ambilkan air. Aku haus!” teriaknya, menyandarkan punggung ke sandaran belakang. Tak begitu lama, Yang jin muncul dengan botol minum di tangan. Memberikan botol itu dengan senyum yang tersungging. Gantan meneguk dengan rakus, seperti berhari-hari tak minum. “Ngetawain apa sih lo! Ngeselin!” kesalnya, yang tentu tak di pahami oleh Yang jin. Tapi sesuai dengan keadaan, Yang jin tau jika Gantan ngomel karna dia tertawa. “Tidak, tidak. Sejak dari pangeran Zhao Gantang lahir hingga berumur sama denganku, aku belum pernah sekali pun melihatnya bekerja sekeras ini. Baru kali ini, itu pun … kau yang melakukannya, bukan yang mulia pangeran Gantang.” “Cckk,” berdecak kesal, menaikkan satu kaki ke kursi yang ia duduki. “Tuan lo yang manja itu, wajib bilang makasih sama gue.” Lama tak ada sahutan, Gantan menoleh, terkekeh kecil mendapati wajah Yang jin yang terlipat karna tak begitu paham ucapan Gantan. “Maksudnya, besok saat Pangeran Gantang kembali, dia wajib mengucapkan terima kasih ke aku.” Mendengar penjelasan itu, Yang jin sedikit mengulas senyum. “Itu pasti,” “Makanlah, makanan sudah siap.” Seruan dari dalam rumah membuat Yang jin dan Gantan saling tatap, lalu keduanya beranjak untuk masuk ke dalam rumah tua itu. ** Tujuh orang anak buah Yang jin yang berkuda itu terlihat sangat fokus. Namun, mereka memperlambat kuda saat di depan sana ada beberapa orang yang menghadangnya. Wajah tertutup oleh kain dan ada pedang di tangan mereka. Pertempuran tak bisa terhindarkan. Jumlah mereka sama, hanya saja, dari pihak lawan datang beberapa bala bantuan ketika hampir saja kalah. Dengan cepat Putri Xiao dan anak buah pilihannya menghabisi anak buah Yang jin. “Silakan, putri.” Bai su ; si pengikut setia Putri Xiao memberikan gulungan kertas yang baru saja ia ambil dari kantong baju salah satu anak buah Yang jin. Putri Xiao membuka gulungan surat itu dengan pelan, kedua mata terlihat begitu serius membaca tulisan di atas kertas. Setelahnya, ia meremas kertas itu. “Jadi pangeran lemah itu sedang sembunyi.” Gumamnya dengan sorot penuh kebencian. “Sial. Dia sengaja tak menulis dimana keberadaannya sekarang.” Dia melangkah pelan, tentu berpikir rencana selanjutnya yang akan ia mulai. Satu tangan bergerak memainkan rambut panjangnya yang tergerai ke depan. “Putri,” Bai su mendekat. “Kenapa tidak kita ganti saja isi surat itu? Biarkan kaisar Yongheng kalang kabut memikirkan putra tercintanya.” “Aku juga sedang memikirkan hal itu. Ayo, kita kembali ke penginapan.” ** ‘Ayah, aku kini tersesat. Aku tak begitu mengenal kota Jingzhou. Sempat bertemu dengan beberapa penjahat. Mereka mengahdangku, Yang jin tertangkap dan semua pengawal telah mati. Aku berada ditempat yang aman, tapi tak bisa kembali untuk saat ini. jika ayah tak berkeberatan, kirimkanlah beberapa orang untuk menjemputku. Zhao Gantang.’ Usia membaca surat palsu itu, kaisar Zhao beranjak dari kursi kerajaan. Kedua mata menatap penuh rasa khawatir. Membayangkan Zhao Gantang yang tak bisa bela diri, lalu di sebuah penginapan sendirian dengan di kepung beberapa penjahat. “Kasim!” teriaknya. “Iya, yang mulia kaisar.” Kasim berdiri di samping kaisar dengan sedikit menunduk. “Panggil jendral Wen kemari.” “Baik, yang mulia.” Patuh kasim. Dia segera melangkah mundur dan pergi dari istana. Wen Jie adalah letnan jendral Yang jin. Namun, karna Yang jin diminta menjadi pengawal pageran Gantang, posisi jendral diberikan ke Wen Jie. Sebelum Yang jin pergi seminggu yang lalu, dia sudah menyerahkan plat penting untuk mengatur semua prajurit di istana Yongheng. “Yang mulia kaisar.” Hormat Wen Jie begitu berada di depan kaisar Zhao. “Bangun.” Sahut kaisar dengan cepat. “Terima kasih, yang mulia kaisar.” “Siapkan beberapa prajurit andalan. Kirim ke Jingzhou untuk menjemput putra mahkota disana.” Kening Wen Jie berlipat, tentu begitu heran. Sudah begitu jelas jika ketika Yang jin berpamitan malam itu. Mereka akan pergi menuju ke kota Lingling, bukan JingZhou. Tapi ini …. “Seseorang telah dengan sengaja membawa Tang’er pergi kesana.” Lanjut kaisar Zhao. Wen Jie membungkuk lebih dulu sebelum berbicara. “Yang mulia, bukankah Putra mahkota pergi dengan dikawal jendral Yang?” “Mereka terpisah.” Jawaban dari kaisar Zhao membuat kedua mata Wen Jie membulat dengan sempurna. Kenapa bisa sampai terpisah? Itu benar-benar bukan gaya Jendral Yang jin yang telah ia ikuti selama puluhan tahun. “Cepat, siapkan prajurit andalan, kirim ke Jingzhou. Cari putra mahkota dan bawa pulang ke istana.” ** Bai su tersenyum penuh kagum dan ada kepuasan disana. Kembali menaruh teko kecil itu dalam nampan bulat diatas meja. Mengambil cangkir yag sudah ia isi dengan teh, lalu menyodorkan teh itu ke putri Xiao Yuran yang telah menjadi tuannya dalam kurun waktu yang begitu lama. “Rancana putri sungguh sangat sempurna. Begitu para prajurit andalan itu pergi, kita bisa lebih mudah masuk menyusup ke istana Yongheng.” Putri meneguk teh, tersenyum tipis dengan sunggingan yang begitu licik. “Kita habisi dulu seluruh prajurit andalan mereka. Urusan masuk ke istana, itu akan lebih mudah. Biarkan kak Qin mengibarkan bendera perang lebih dulu. Kita bisa duduk, melihat pertunjukannya.” Dengan begitu anggun cangkir itu kembali berada di tangan Bai su. “Putri tak ingin memberi kabar tentang keadaan yang telah kacau ini?” “Tentu. Kak Qin harus menyiapkan jamuan untuk beberapa prajurit ini. Bai su, siapkan tintanya.” Perintahnya. Bai su tersenyum dengan bungkukan. “Baik, putri.” ** Tiga lelaki itu berdiri didepan rumah, menatap kayu yang telah berjajar acak di depan sana. Berkali Gantan menggaruk kepala bagian belakangnya. Nggak ngerti, untuk hari ini, Ying hecong mau menyuruhnya untuk melakukan apa. “Aku hanya akan mengajarimu sekali. Jadi … berlatilah yang serius. Ingat, pangeran Qin Yuwan mempunyai kekuatan yang paling kuat diantara ahli bela diri lainnya. Jadi, kamu harus lebih lincah, lebih teliti dan waspada.” Kembali Ying hecong mengingatkan yang dulu sudah pernah ia katakan. Dengan begitu santai, Ying hecong mulai melonpat. Melangkah, menginjak setiap patokan kayu itu, lalu berdiri tegak dengan satu kaki yang berdiri diatas satu kayu saja. Sepuluh menit kemudian, ia melonpat turun, berlari dengan cepat mengitari semua kayu itu. Ini mirip dengan ujian pembuatan SIM yang pernah Gantan ikuti saat itu. Ying hecong meneguk minumannya. “Cobalah.” Suruhnya dengan menatap Gantan. Gantan mengerjab beberapa kali, menoleh, menatap Yang jin yang bersedekap disampingnya. “Yang jin, cobalah.” Yang jin menunjuk kearah dadanya. “Aku?” Pluuk! “Aawwh!” Gantan mengelus kepala bekas pukulan dari kayu yang ada di tangan Ying hecong. “Cepat! Waktumu tak banyak.”    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN